Penyimpulan
adalah suatu kegiatan manusia yang tertentu dalam dan dengan kegiatan itu ia
bergerak menuju ke pengetahuan yang baru dari pengetahuan yang telah di
milikinya dan berdasarkan pengetahuan yang telag di milikinya itu.
-
Di sebut ‘ kegiatan manusia’. Karena mencakup seluruh
diri manusia meskipun akal budinya yang memegang tampuk pimpinan .
-
Dengan kata ‘ bergerak’ mau di nyatakan perkembangan
pikiran manusia
-
Ke pengetahuan yang baru menunjukan tujuan yang mau di
capai dalam pemikiran , pengetahuan yang baru itu juga di sebut ke simpulan
atau consequens. Hal ini juga menyatakan adanya sesuatu kemajuan, kemajuan itu
terletak dalam hal ini : pengetahuan yang baru sudah terkandung dalam
pengetahuan yang lama, tetapi belum di mengerti dengan jelas. Dalam pengetahuan
yang baru itu barulah di demengerti dengan baik dasar serta sebab suatu
kesimpulan di tarik ;
-
Dari pengetahuan yang di miliki menunukan titik
pangkal serta dorongan untuk maju , dalam logika hal ini di sebut antecedens (
yang mendahului ) atau praemissae (premis , titik pangkal)
-
Berdasarkan pengetahuan yang telah di milikinya itu
menunjukan bahwa antara pengetahuan yang baru dan pengetahuan yang baru dan
pengetahuan yang lama ada hubungan yang bukan kebetulan. Hubungan ini di sebut
konsekuensi ( consequencia) atau hubungan penyimpulan
Baik
antecedens maupun consequens selalu terdiri atas keputusan . keputusan pada
gilirannya terdiri atas term-term . baik keputusan –keputusan maupu term-term
meruapakan materi merupakan materi penyimpulan . sedangkan hubungan penyimpulan
(konsekuensi) meruapakan forma penyimpulan itu
Kesimpulan
bisa lurus bisa tidak lurus atau palsu . ke simpulan itu harus lurus apabila
dan dapat di tarik dari antecedensnya . kesimpulan itu tidak lurus atau palsu.
Apabila tidak ada atau tidak boleh di tarik dari padanya.
2. macam-macam penyimpulan
2.1. dari sudut
bagaimana terjadinya kita menemukan
1.
penyimpulan yang langsung ( secara intuitif)
Dalam
penyimpulan ini tidak di perlukan pembuktian –pembuktian , secara langsung di
simpulkan bahwa subyek (s) = predikat (p) . hal ini terjadi pada azas-azas
pemikiran (bab IX). Pembalikan dan perlawanan bab V) ekuivalensi (misalnya :
tidak semua orang kurus = beberapa semua orang kurus = beberapa orang kurus)
dan keputusan –keputusan langsung ( misalnya : ini hijau , budi , dsc).
2.
peyimpulan yang tidak langsung
Penyimpulan
ini di peroleh dengan mengunkan term-an tara (M). dengan term –antara di
berikan alasan mengapa subyek (s) = predikat (p) atau subyek (s) =/
predikat (p).
2.2 juga dapat dilihat dari isi ( benar) dan
bentuk lurusnya . kesimpulan pasti benar :
1. apabila
premisnya benar dan tepat . hal ini adalah material penyimpulan
2. apabila
jalan pikiranya lurus jalan pikirannya
lurus. Artinya , hubungan antara premis dan kesimpulannya haruslah lurus. Dan
inilah sudut formal suatu penyimpulan.
3. sehubungan
dengan ini baiklah di berikan hukum-hukum yang berlaku untuk segala macam
penyimpulan. Beginilah bunyinya :
1.
jika premis –premis benar , maka kesimpulan juga
benar
2.
jika premis-premis salah maka kesimpulan dapat
salah tetapi dapat juga kebetulan benar
3.
jika kesimpulan salah, maka premis-premis juga
salah ;
4.
jika kesimpulan benar , maka premis-premis dapat
benar tetapi dapat juga salah .
dengan ini mau
di katakan bahwa :
1.
jika premis-premis benar, tetapi kesimpulan
salah , maka jalan pikirannya ( bentuknya) tidak lurus;
2.
jika jalannya (bentuknya ) memang lurus tetapi
kesimpulannya tidak benar, maka premis-premisnya salah dari salahnnya
kesimpulan dapat di buktikan salahnya premis-premis.
3.
Ketika perlawanan subaltern di bicarakan kata
induksi dan dedukasi sudah di singgung sebentar kata ‘induksi’ dan deduksi’
sudah di singgung sebentar. Sekarang
kedua kata itu mau di uraikan sedikit
lebih khusus
4.1. Induksi adalah suatu proses yang tertentu.
Dalam proses itu akal budi kita menyimpulkan pentehauan yang umum atau
universal dari pengetahuan yang ‘
khusus’ atau partikular. (ingatlah akan bedaan antara keputisan ‘universal’ dan
keputisan ‘umum ‘. Bab IV).
4.2. Desuksi
sebaliknya juga merupakan suatu proses tertentu dalam proses itu akal budi kita
menyimpulkan pengetahuan yang lebih ‘khusus’ dari pengetahuan yang lebih ‘
umum’ . yang lebih khusus itu sudah termuat secara implisit dalam pengetahuan
yang lebih umum.
4.3. Induksi
dan deduksi selalu berdampingan .keduanya selalu bersama-sama dan saling
memuat. Induksi tidak dapat ada tanpa deduksi. Deduksi selalu di jiwai oleh
induksi . dalam proses memperoleh ilmu pengetahuan , induksi biasanya mendahuli
deduksi . sedangkan dalam logika biasanya deduksi yang terutama di bicarakan
lebih dahulu. Deduksi di pandang lebih penting untuk latihan dan perkembangan
pikiran
No comments:
Post a Comment