Sunday, August 10, 2014

Apakah Logika Itu? (BAB I)

1.       Apakah Logika Itu?

Secara singkat dapat dikatakan logika adalah ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir lurus (tepat).
Ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan tentanf pokok yang tertentu. Kumpulan ini merupakan suatu kesatuan yang sistematis serta memberikan penjelasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Penjelasan seperti ini terjadi dengan menunjukkan sebab-musababnya.

Logika juga merupakan ilmu pengetahuan dalam arti ini. Lapangan ilmu pengetahuan ini ialah azas-azas yang menentukan pemikiran yang lurus, tepat dan sehat. Agar dapat berpikir lurus, tepat dan teratur, logika menyelidiki, merumuskan seta menerapkan hukum-hukum yang harus ditepati.

Dengan menerapkan hukum-hukum pemikirab yang lurus, tepat dan sehat, kita dimasukkan ke dalam lapangan logika, sebagai suatu kecakapan. Hal ini menyatakan bahwa logika bukanlah teori belaka. Logika juga merupakan suatu keterampilan untuk menerapkan hukum-hukum pemikiran dalam praktek. Inilah sebabnya mengapa logika disebut filsafat yang praktis.

Berpikir adalah obyek material logika. Yang dimaksudkan dengan berpikir disini ialah kegiatan pikiran, akal budi manusia. Dengan berpikir manusia ‘mengolah’, ‘mengerjakan’, dan ‘mengerjakannya’ ia dapat memperoleh kebenaran. ‘Pengolahan’, ‘pengerjaan’ ini terjadi dengan mempertimbangkan, menguraikan, membandingkan serta menghubungkan pengertian yang satu dengan pengertian lainnya. Karena itu obyek material logika bukanlah bahan-bahan kimia atau salah satu bahasa, misalnya.

Tetapi bukan sembarangan berpikir yang diselidiki dalam logika. Dalam logika berpikir dipandan dari sudut kelurusan, ketepatannya. Karena itu berpikir lurus, tepat, merupakan obyek formal logika. Kapan suatu pemikiran itu sesuai dengan hukum-hukum serta aturan-aturan yang sudah ditetapkan dalam logika. Kalau peraturan-peraturan itu ditepati, dapatlah pelbagai kesalahan atau kesesatan dihindarkan. Degna demikian kebenaran juga dapat diperoleh dengan lebih mudah dan lebih aman. Semua ini menunjukkan bahwa logika merupakan suatu pegangan atau pedoman untuk pemikiran.

2.       Macam-Macam Logika

Logika dapat dibedakan atas dua macam. Namun keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Kedua macam logika itu ialah logika kodrati dan logika ilmiah.

2.1   Logika Kodratiah

Akal budi dapat bekerja menurut hukum-hukum logika dengan cara yang spontan. Tetapi dalam hal-hal yang sulit baik akal budinya maupun seluruh diri manusia dapat dan nyatanya dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subyektif. Selain itu baik manusia sendiri maupun perkembangan pengetahuannya sangat terbatas.

Hal-hal ini menyebabkan bahwa kesesatan tidak dapat dihindarkan. Namun dalam diri manusia sendiri juga terasa adanya kebutuhan untuk menghindarkan kesesatan itu. Untuk menghindarkan kesesatan itu diperlukan ilmu khusus yang merumuskan azas-azas yang harus ditepati dalam setiap pemikiran. Karena itu muncullah logika ilmiah.

2.2   Logika Ilmiah

Logika ini membantu logika kodratiah. Logika ilmiah memperhalus, mempertajam pikiran serta akal budi. Berkat pertolongan logika ini akal budi dapat bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah dan lebih aman. Dengan demikian kesesatan juga dapat dihindarkan arau, paling tidak, dikurangi. Logika inilah yang dibicarakan dalam buku ini.

3.       Sejarah Ringkas Logika

3.1   Yunani Kuno

Kaum Sofis beserta Plato (427-347 seb. Kr.) telah merintis dan memberikan saran-saran dalam bidang ini. Sokrates (469-399 seb. Kr.) dengan ‘metode bidan’ (metode mayeutis)nya juga telah banyak memberikan dasar bagi logika. Namun, penemuan yang sebenarnya baru terjadi oleh Aritoteles (384-322 seb. Kr.), Theophrastus (372-287 seb. Kr.) dan kaum Stoa. Aristoteles meninggalkan enam buah buku yang oleh murid-muridnya diberi nama to Organon. Keenam buku itu adalah Categoriae (tentang keputusan-keputusan), Analytica Priora (tentang sillogisme), Analytica Posteriora (tentang pembuktian), Topica (tentang metode berdebat) dan De Sophisticis Elenchis (tentang kesalahan-kesalahn berpikir).

Theophrastus memperkembangkan logika Aristoteles ini. Sedangkan kaum Stoa, terutama Chrysippus (± 280-207 seb. Kr.) mengajukan bentuk-bentuk berpikir yang sistematis.

Logika lalu mengalami sistematisasi. Hal ini terjadi dengan mengikuti metode ilmu ukur. Ini terutama dikembangakan oleh Galenus (±n130-201_ dan Sextus Empiricus (± 200).

Kemudian logikan mengalami masa dekadensi. Logika menjadi sangant dangkal dan sederhana sekali. Namun, masih ada juga karya yang pantas disebut pada masa itu. Karya-karya itu ialah Eisagoge dari Porphyrius (± 232-305), Fons Scientae dari Johanes Damascenus (± 674-749) dan komentar-komentar dari Boethius (± 480-524).

3.2   Abad Pertengahan (abad IX - XVI)

Pada masa itu masih dipakai buku-buku, seperti De Interpretatione dan Categoriae (Aristoteles), Eisagoge (Porphyrius) dan buku-buku dari Boethius (abad XII-XIII).

Ada usaha untuk mengadakan sistematisai dan komentar-komentar. Usaha ini dikerjakan oleh Thomas Aquinas (1224-1274) dan kawan-kawannya. Mereka juga serentak mengembangkan logika yang sudah ada.

Logika modern muncul dalam abad XIII-XV. Tokoh-tokoh penting dalam bidang ini ialah Petrus Hispanus (1210-1278), Roger Bacon (1214-1292), Raymundus Lullus (1232-1315), Wilhelmus Ockham (1295-1349) dan lain-lain. Khususnya Raymundus Lullus menemukan suatu metode logika yang baru. Metode ini disebut Ars Magna, yang merupakan semacam aljabar pengertian. Aljabar ini bermaksud membuktikan kebenaran-kebenaran yang tertinggi.

Kemudian logika Aristoteles mengalami perkembangan yang ‘murni’. Logika itu dilanjutkan oleh beberapa tokoh, seperti Thomas Hobbes (1588-1679) dalam Leviatannya dan John Locke (1632-1704) dalam An Essay concerning Human Understanding-nya. Namun tekanan yang merkea berikan sebenarnya juga berbeda-beda. Di sini ajaran-ajaran Aristoteles sudah diberi warna nominalistis yang sangat kuat (bdk. Wilhelmus Ockham dan kawan-kawannya).

3.3   Eropa Moderen (abad XVII – XVIII/XX)

Masa ini juga dapat disebut masa penemuan-penemuan yang baru. Francis Bacon (1561-16260 mengembangkan metode induktif. Ini terutama dinyatakannya dalam bukunya Novum Organum Scientiarum. W. Leibmitz (16460-1716) menyusun logika aljabar (bdk. Ars Magna dari Raymundus Lullus). Logika ini bertujuan menyederhanakan pekerjaan akal budi dan lebih memberikan kepastian.

Logika Aristoteles masih diperkembangkan dalam jalur yang murni. Ini dijalankan, misalnya, oleh para Neo-Thomis. Tradisi Aristoteles dilanjutkan juga dengan tekanan pada induksi. Hal ini nampak antara lain dalam buku ‘System of Logic’nya J.S. Mill (1806-1873).

Logika metafisis mengalami perkembangannya dengan Imm. Kant (1724-1804). Dia menamainya logika transcendental. Dinamakan logika karena membicarakan bentuk-bentuk pikiran pada umumnya. Dan dinamakan transcendental karena mengatasi batas pengalaman.

Kemudian logika menjadi sekadar suatu peristiwa psikologis dan metodologis. Hal ini, misalnya, diperkembangkan oleh W. Wundt (1832-1920), J. Dewey (1859-1952) dan J.M. Badlwin (1861-1934).

Dan akhirnya logistic pada abad XIX dan XX. Ini terutama diperkembangkan oleh A. de Morgan (1806-1871), G. Boole (1815-1864), W. S. Jevons (1835-1882), E. Schröder (1841-1902), B. Russel (1872-1970), G. Peano (1858-1932) dan masih banyak nama yang lain lagi.

3.4   India

Logika lahir karena Sri Gautama (± 563 – 483 seb. Kr.) sering berdebatnya dengan golongan Hindu fanatic yang menentang ajaran kesusilaannya. Dalam Nyaya Sutra logika diuraikan secara sistematis. Ini mendapat komentar dari Prasastapada (abad V ses. Kr.). Komentar ini kemudian disempurnakan oleh para penganut Buddha lainnya terutama Dignaga (abad VI ses. Kr).

Kemudian logika terus diakui sebagai metode berdebat. Lantas muncullah pelbagai komentar seperti yang dibuat oleh Uddyotakara (abad VII ses. Kr), Udayana (abad X ses. Kr.) dan lain-lain. Mereka ini habya menyusun serta meningkatkan sistematisasi ajaran-ajaran klasik saja.

Muncullah yang disebut Navya Nyaya (abda XIII ses. Kr.). Hal ini merupakan pengintegrasian secara kritis ajaran-ajaran golongan Brahmanisme, Buddhisme dan Jainisme.

3.5   Indonesia

Nampaknya logika belum begitu dipahami maknanya. Baru ‘sedikit’ orang saja yang menaruh perhatian secara ilmiah pada logika. Kiranya sudah tiba waktunya untuk memperluas serta mengembangkan studi tentang logika itu. Di sana sini usaha untuk itu sudah mulai nampak dan membawa hasil juga. Perluasan serta pengembangan ini merupkan salah satu usaha yang ‘raksasa. Dan usaha itu ialah mempertinggi taraf inteligensi setiap orang Indonesia dan bangsa Indonesia seluruhnya.

4.       Pembagian Logika

4.1   Logika memang menyelidiki hukum-hukum pemikiran. Penyelidikan itu terjadi dengan menguraikan unsur-unsur pemikiran tersebut. Penguraian unsur-unsur itu menunjukkan bahwa pemikiran manusia sebenarnya terdiri atas unsur-unsur yang berikut. Unsur yang pertama ialah pengertian-pengertian. Kemudian pengertian-pengertian disusun sedemikian rupa sehungga menjadi keputusan-keputusan. Akhirnya, keputusan-keputusan itu disusun semdemikian rupa sehingga menjadi penyimpulan-penyimpilan.

Namun demikian pemikiran manusia bukanlah suatu kegiatan yang terjadi di dalam batin saja. Pemikiran itu juga nampak dalam tanda-tanda lahiriah. Berbicara merupakan tanda lahiriah dari pemikiran. Karena itu kata-kata adalah tanda-tanda lahiriah pengertian-pengertian, kalimat-kalimat tanda-tanda lahiriah keputusan-keputusan dan pembuktian-pembuktian tanda-tanda lahirian penyimpulan-penyimpulan.

Karena itu logika membicarakan baik pengertian-pengertian, maupun kata0kata, baik keputusan-keputusan maupun kalimat-kalimat, dan akhirnyabaik penyimpulan-penyimpulan maupun pembuktian-pembuktiannya.

4.2   Ketiga unsur yang baru disebut ini merupakan tiga pokok kegiatan akal budi manusia. Ketiga pokok kegiatab akal budi itu ialah :

1.       Menangkap sesuatu sebagaimana adanya. Artinya, menangkap sesuatu tanpa mengakui atau memungkirinya.

2.       Memberikan keputusan. Artinya, menghubungkan pengertian yang satu dengan pengertian lainnya atau memungkiri hubungan itu.

3.       Merundingkannya. Artinya, menghubungkan keputusan-keputusan sedemikian rupa,
sehingga dari satu keputusan atau lebih, orang sampai pada suatu kesimpulan.

Logika terutama menyentuh bagian yang akhir ini. Namun untuk sampai kepada kesimpulan, lebih dahulu orang harus menyelidiki unsur-unsur lainnya. Dan unsur-unsur lainnya yang harus diselidiki dahulu itulah adalah pengertian –pengertian dan keputusan-keputusan.

5. Pentingnya Belajar Logika

Logika membantu orang untuk berpikir lurus, tepat dan teratur. Dengan berpikir demikian ia dapat memperoleh kebenaran dan menghindari kesesatan.

Dalam semua bidang kehidupan manusi menggunakan pikirannya. Ia juga mendasarkan tindakan-tindakannya atas pikiran itu.

Semua ilmu pengetahuan hampir tidak dapat dilepaskan dari logika. Logika juga memperkenalkan analisa-analisa yang dipakai dalam ilmu filsafat. Selain logika terutama memaksa serta mendorong orang untuk berpikir sendiri.

Akhirnya, manusia pada umumnya mendasarkan tindakan-tindakannya atas pemikiran, pertimbangan-pertimbangan yang obyektif. Demikian juga halnya dengan orang-orang Indonesia sebagai pribadi dan sebagai bangsa. Bangsa Indonesia kiranya membutuhkan orang-orang yang sungguh berpikir tajam dan dapat berpikir sendiri. Dari orang-orang seperti inilah dapat diharapkan bimbingan serta pembinaan yang tepat untuk seluruh bangsa.


Sumber : Lanur, Alex. (1983). Logika selayang pandang. Yogyakarta: Kanisius.

No comments:

Post a Comment