D. Objek filsafat ilmu

Lebih jauh mohammad adib (2010) mengemukakan ilmu filsafat juga memiliki objek material dan objek formal. Objek material yaitu apa yang di pelajari di kupas sebagai bahan atau metripembicaraan. Objek di pelajari dan dikupas sebagai bahan atau meterial pemberian. Objek material yaitu objek yang di jadikan sarana menyelediki oleh sesuatu ilmu atau objek yang di pelajari oleh imu iltu . objek material filsafat ilmu yaitu pengetahuan itu sendiri, yakni pengetahuan ilmiah “ scientific knowledge” pengetahuan yang disusun secara sitematis dengan knowdledge pengetahuan yang di susun secara sitematis dengan metode ilmiah tertentu sehingga dapat di pertanggungjawabkan kebenaran secara umum. Adapun objek formal filsafat yaitu sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek materialnya.
Setiap ilmu pasti berbeda dalam objek formalnnya . objek formal filsafat yaitu hakikat (esensi) ilmu pengetahuan yang artinnya filsafat ilmu hakikat (esensi) ilmu pengetahuan artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan seperti apa hakikat ilmu sesungguhnya ? bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah ? apa fungsi ilmu pengetahuan bagai manusia ? problem inilah yang di bicarakan dalam landasan pengembangan ilmu pengetahuan yakin landasan ontologis , epistemologis dan aksiologis.
Dalam pandangan ontologis pengembangan ilmu, titik tolak pelaahan ilmu pengetahuan di dasarkan atas sikap dan pendirian fisiolosofis ang dimiliki oleh seorang ilmuan . sikap atau pendirian fisiolofis secara garis besar dapat di bedakan kedalam dua “mainstream “ aliran besar yang sangat memengaruhi perkembanga ilmuan pengetahuan, yaitu materialisme dan spiritualisme. Materialisme adalah sesuatu pandangan fisik yang menggap bahwa tidak ada hal yang nyata selain materi. Spritualisme adalah suatu pandanga metafisika yang menganggap kenyataan terdalam roh yang mengisi dan mendasari seluruh alam.
Perkembangan ilmu berdasarkan pada materialisme cenderung pada ilmu-ilmu kealaman dan menganggap bidang ilmuanya sebagai pengembangan ilmu-ilmu lain, dalam perkembangan ilmu modern, aliran ini disuarakan oleh aliran positisme atau naturalisme, sedangkan spiritualisme cenderung pada ilmu-ilmu kerohanian dan menganggap bidang ilmunya sebagai wadah utama bagi titk tolak pengembangan bidang-bidang ilmu lain yang di kembangkan lebih banyak dalam paham keagamaan, sehingga lahir para filsuf agama.
E. metode filsafat ilmu
Sebagaimana telah di temukan landasan ontologisme ilmuan pengetahuan sangat tergantung pada cara pangang ilmuwan terhadap relitas manakala realitas yang di maksud yaitu materi, maka lebih terarah pada ilmu-ilmu empiris. Manakala realitas yang di maksud yaitu spirit atau roh , lebih terarah pada ilmu-ilmu humaniora sosial.
Landasan epistemologis pengembangan ilmu-ilmu artinya titik tolak penelahaan ilmu pengetahuan yang di dasarkan atas cara dan prosedur dalam memperoleh kebenaran. Dalam hal ini yang di maksud yaitu metode ilmiah secara garis besar di bedakan kedalam dua kelompok yaitu skilus empiris untuk ilmu –ilmu keamalan dan metode liner untuk ilmu-ilmu sosial humaniora.
Cara kerja siklus empiris meliputi observasi , penerapan metode induksi, melakukan eksprementasi (percobaan) verifikasi atau pengujian ulang terhadap hipotesis yang diujikan sehingga melahirkan suatu teori. Adapun cara kerja metode linier meliputi langkah-langkah antara lain persepsi yaitu penangkapan indrawi terhadap relitas yang di amati kemudian di susun suatu pengertian (konsepsi) akhirnya di lakukan prediksi atau peramalan tentang kemungkinan yang akan terjadi di masa depan .
Landasan akiologis pengembangan ilmu pengetahuan menurut Rizkal Mustansyir,dkk. (2001) merupakan sikap etis yang harus di kembangkan oleh seorang ilmuan, terutama dalam kaitannya dengan nilai-nilai yang di yakini kebenarannya. Dengan demikian, sesuatu aktivitas ilmiah senantiasa di kaitkan dengan kepercayaan, ideologi yang di anut oleh masyarakat atau bangsa, tempat ilmu itu di kembangkan. Timbulnya filsafat karena manusia merasa kagum (heran atau takjub) merasa tidak puas merasa ingin tahu, dan merasa ragu-ragu.
Pada tahap awal kekaguman atau keheranan itu terarah kepada gejala alam. Misalnya gempa bumi, hujan , banjir melihat laut yang sangat luas. Orang yang heran berati dia merasa ingin tahu dan merasa ragu-ragu.
Pada tahap awalnya kekaguman atau keheranan itu terarah kepada gejala-gejala alam misalnya gempa bumi, hujan, banjir, melihat laut yang sangat luas. Orang yang heran berati dia merasa ingin tahu atau dia menghadapi persoalan. Persoalan inilah yang ingin di peroleh jawabannya oleh para filsuf. Dari mana jawaban itu dapat di peroleh ? jawaban di peroleh dengan menggunakan kontempalasi yakni berfikir dan merenung yang sedalam-sedalamnya melakukan refleksi yaitu berfikir tentang pikiran sendiri atau instropeksi ( menawas diri). dalam hal ini tidak semua persolanan dapat di katagorikan persoalan filsafat. Persoalan filsafat. Persoalan filsafat berbeda dengan persoalan nonfilsafat. Perbedaannya terletak pada materi dan ruang lingkupnya
Ciri-ciri persoalan filsafat sebagai berikut : pertama bersifat umum , artinya kefilsafatan tidak bersangkutan dengan objek khusus dengan kata lain sebagian besar masalah kefilsafatan berkaitan dengan ide-ide besar masalah kefilsafatan berkaitan dengan ide-ide besar. Kedua tidak menyangkut fakta dengan kata lain persoalan filsafat lebih bersifat spekkulatif. Persoalan yang di hadapi melampaui batas-batas pengetahuan ilmiah . pengetahuan ilmiah yaitu pengetahuan yang menyangkut fakta. ketiga berkaitan dengan nilai-nilai (values) artinya persoalan kefilsafatan bertalitan dengan penilaian baik morak etika, estetika, agama maupun sosial. Namun dalam penelitian ini yaitu sesuatu kualitas abstrak yang ada pada sesuatu hal seperti :
A. bersifat kritis, filsafat merupakan analisis secara kritis terhadap kon dan arti yang biasannya di terima begitu saja.
B. ilmu tanpa paksaan tanpa tekanan.
C. bersifat sinoptis artinya persoalan filsafat mencangkup sruktur koneksi pengalaman manusia. di nyataan keseluruhan. Filsafat merupakan ilmu yang membuat susunan kenyataan sebagai keseluruh,
D. bersifat impikasi artinya kalau sesuatu persoalan ke filsafatan sudah wajib, maka dari jawaban itu akan memunculkan persoalan baru yang saling berhubungan. Jawaban yang di kemukakan men tgandung akibat-akibat lebih jauh yang menyentuh kepentingan manusia.
Selanjutnya yang di katakan mustansyir dan munir (2001) berfikir kefilsafatan memiliki karakteristik tersendiri yang dapat di bedakan dari ilmu yang lain . beberpa ciri berpikir kefilsafatan termasuk filsafat ilmu dapat di kemukakan sebagai berikut :
A. radikal artinya berpikir sampai keakar-akarnya, sehingga sampai hakikat atau subtansi yang di pikirkan.
B. universal artinya pemikir filsafat menyangkut pengalamanseseorang umum manusia.
Kekhususan berfikir kefilsafatan menurut jasper terletak pada aspek keilmuannya.
C. konseptual artinya merupakan hasil generalilsasi dan abstrasi pengalaman manusia
D. koheren dan konsisten (runtut ) . koheren artinya sesuai kaidah berpikir logis , konsisten artinya taatasa, tidak mengandung kontradisi
E. sistematis artinya pendapat yang merupakan uraian kefilsafatan itu harus saling berhubung secara teratur dan terkandung adanya maksud dan tujuan tertentu.
F. komperhensif artinya mencangkup menyeluruh, berpikir kefilsafatan merupakan usaha untuk menjelaskan alam semesta secara keseluruhan.
G. bebas artinya sampai batas-batas yang luas pemikiran filsafat boleh di katakan merupakan hasil pemikiran yang bebas, yakni bebas dari prangsangka sosial, historis kultural bahkan religius dan
H. bertangung jawab artinya seseorang yang bersifat yaitu orang yang berpikir sealigus bertangung jawab terhadap hasil pemikirannya, paling tidak terhadap hati nurani yang paling dalam (dhamir).
C. konseptual artinya merupakan hasil generalilsasi dan abstrasi pengalaman manusia
D. koheren dan konsisten (runtut ) . koheren artinya sesuai kaidah berpikir logis , konsisten artinya taatasa, tidak mengandung kontradisi
E. sistematis artinya pendapat yang merupakan uraian kefilsafatan itu harus saling berhubung secara teratur dan terkandung adanya maksud dan tujuan tertentu.
F. komperhensif artinya mencangkup menyeluruh, berpikir kefilsafatan merupakan usaha untuk menjelaskan alam semesta secara keseluruhan.
G. bebas artinya sampai batas-batas yang luas pemikiran filsafat boleh di katakan merupakan hasil pemikiran yang bebas, yakni bebas dari prangsangka sosial, historis kultural bahkan religius dan
H. bertangung jawab artinya seseorang yang bersifat yaitu orang yang berpikir sealigus bertangung jawab terhadap hasil pemikirannya, paling tidak terhadap hati nurani yang paling dalam (dhamir).
Dari kedelapan ciri berpikir kefilsafatan ini, menjadi filsafat cenderung berbeda dengan ciri berpikir ilmu-ilmu lainnya, sekaligus menepatkan kedudukan filsafat sebagai bidang ke ilmuan yang netral terutama ciri ketujuh.
Dengan memahami karateristik dan kekhususan filsafat dan filsafat ilmu, maka dia memiliki metode tersendiri berbeda dengan metode ilmu pengetahuan seumumnya . surajiyo (2009) mengemukana kata metode berasal dari kata yunani methodos, sambungan kata meta (menuju) melalui mengikuti, sesudah dan kata benda hodos (jalan , perjalanan, cara , arah) kata methodos sendiri lalu berati penelitian metode ilmiah hipotesis ilmiah, uraian ilmiah. Metode adalah cara bertindak menurut sistem aturan dan prosedur tertentu.
Jumlah metode filsafat hampir sama banyaknya dengan definisi dari para ahli dan filsuf sendiri. Hal ini di sebabkan karena metode ini merupakan suatu pendekatan untuk mencapai hakikat sesuai dengan corak pandangan filsuf itu sendiri. Fuad ikhsan (2010) mengemukakan pendapat runes dalam dictionory of philosopy sebagaimana dikutip anton baker, dia mengatakan sepanjang sejarah filsafat telah di kembangkan sejumlah metode filsafat yang berbeda dan jelas. Setidaknya dalam sejarah tercatat paling penting yang dapat disusun menurut garis historis sedikitnya sepuluh metode yang di gunakan dalam filsafat termasuk dalam filsafat ilmu yitu :
Pertama metode kritis yang di kembangkan oleh socrates dan plato metode ini bersifat analisis terhadadap istilah dan pendapat. Metode ini juga di kenal meruapakan metode hermeneutika yang di menjelaskan keyakinan dan memperhatikan pertentangan, dengan jalan bertanya dan berdialog membedakan membersihkan , menyisihkan dan menolak, akhirnya di temukan hakikat.
Kedua metode intuitif yang di kembangkan oleh plotinos dan bergson dengan jalan introspeksi (bersama dengan persucian moral) sehingga tercapai suatu penerangan atau pencerahan pikiran. Bergson lebih khusus memberikan jalan pembarua antara kesadaran dan proses perubahan agar tercapai pemahaman langsung mengenai kenyataan.
Ketiga metode skolastik yang di kembangkan oleh aristoteles thomas aquinas dan termasuk aliran filsafat abad pertengahan yang bersifat sintesis deduktif. Karakter filsafat abad pertengahan ini yaitu dengan bertitik tolak dari definisi atau prinsip yang di jelas kemudian di tarik kesimpulan,
Kempat metode filsafat rene descartes dan pengikutnya yang di kenal metode yang bertolak dari analisis mengenai hal-hal kompleks kemudian di capai intuisi akan hakikat yang sederhana dan lebih terang. Hakikat itu dideduksikan secara matematis, segala pengertian yang ada kemudian di tarikk secara parsial sehingga di ketahui secara jelas.
Kelima metode geometri yang dikreasikan rene descartes dan pengafat melainkan ilmu ekstra yang di kembangkan sendiri dan juga di kembangkan dalam metode linguistik.
Untuk dapat memperoleh ilmu pengetahuan, salah satu yang harus di pahami oleh seseorang ilmuwan mengetahui cara apa yang harus di gunakan ? ilmudapat di gali atau dapat dicari menggunakan prosedur yang di sebut dengan metode ilmiah. Karena ilmiah merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu, syarat-syarat tertentu dalam mendapatkan ilmu yang di maksudkan yaitu metode ilmiah. Metode dapat di artikan sebagai suatu proses atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematik.
Seperti diketahui, bahwa berpikir merupakan kegiatan mental yang menghasilakn suatu perubahan. Metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara berkerja pikiran ini. Dengan cara berkerja ini pengetahuan yang di hasilakn di harapkan mempunyai karateristik tertentu yang di minta oleh pengetahuan ilmiah, yaitu bersifat rasional dan teruji yang memungkinkan tubuh pengetahuan yang di susunnya merupakan pengetahuan yang benar dan kebenarannya dapat di pertangung jawabkan. Oleh karena itu metode ilmiah dalam pelaksanaanya mengunakan langkah-langkah yang melibatkan dua cara berpikir yaitu cara berpikir dekduktif dan cara berpikir induktif dalam membangun tubuh pengetahuannya.
Jujun (2010) mengemukakan pendapat ritchic clader bahwa proses kegiatan ilmiah di mulai ketika manusia mengamati sesuatu dengan pengamatan itu tentu saja di benarkan dan akan muncul pertanyaan lain. Mengapa manusia mulai mengamati sesuatu maka kita akan mempunyai perhatian tertentu terhadap objek itu.
Menurut jhon dewey, perhatian yang di maksudkan yaitu suatu masalah atau kesukaran yang di rasakan jika kita menemukan sesuatu dalam pengalaman kita yang menimbulkan pertanyaan. Mengapa pertanyaan ini muncul karena oleh adanya kontak manusia dengan dunia empiris yang menimbulkan berbagai ragam permasalahaan. Dengan kata lain bahwa karena ada masalah proses kegiatan berpikir dimulai dan karena masalah ini dari dunia empiris maka proses berpikir itu di arahkan pada pengamatan objek yang bersangkutan yang bereksistensi dalam dunia empiris juga, disinilah perlunya suatu metode. Manusia memiliki masalah dan berusaha memecahkannya bukanlah dengan permasalahan.
a. Penyusunan hipotesis : ini merupakan langkah keempat dalam metode ilmiah berisi jawaban sementara atau dugaan sementara terhadap pertanyaan yang di ajukan dalam perumusahn masalah,sedangkan rumusan hipotesis ini materi yang di buat berupa kesimpulan dari kerangka berpikir yang di kembangkan.
b. Pengujian hipotesis ini merupakan langkah ke lima dalam metode ilmiah berisi kegiatan pengumpulan fakta atau data empiris yang relavan dengan hipotesis yang di ajukan kemudian di lakukan analisis mengunakan statistik, sedangkan hasilnya dapat di jadikan sebagai data untuk memperhatikan apakah terdapat fakta yang mendukung tersebut atau tidak
c. Penarikan kesimpulan ini merupakan langkah keenam dalam metode ilmiah berisi penilaian apakah hipotesis yang di ajukan berdasarkan data yang di temukan di lapangan di terima atau di tolak. Bila dalam proses pengujian terhadap fakta yang cukup dan mendukung hipotesis maka hipotesis yang di ajukan di tolak. Hipotesis yang di terima kemudian di anggap menjadi bagian dari pengetahuan ilmiah sebab telah memenuhi persyaratan ke ilmuan yaitu mempunyai kerangka penjelasan yang konsisten dengan pengetahuan ilmiah sebelumnya serta teruji kebenarannya.
F . tujuan filsafat
Salah satu terpenting dalam filsafat termasuk filsafat ilmu yaitu menyangkut pertanyaan dan jawaban atas pertanyaan itu, baik pertanyaan yang bersifat komprehensif maupun spesifik. Hal ini sepandangan dengan psillos dan cued (2008) dia mengatakan bahwa filsafat ilmu sedua fungsi yaitu sebagai confirmatory theories yaitu berupaya mendeskripsikan relasi normatif antara hipotesis dan evidensi dan thecil atau besar secara sederhana. Kedua , mengkaji filsafat ilmu agar : a) tidak terjebak dalam bahaya arogansi intelektual; b) kritis terhadap aktivitas ilmu ke ilmuan; c) merefleksikan menguji mengkeritik asumsi dan metode ilmu terus- menerus sehingga ilmuan tetap bermain dalam koridor yang benar (metode dan sruktur ilmu) d) mempertangung jawabkan metode ke ilmuan secara logis –rasional ; e) memecahkan masalah ke ilmuan secara cerdas dan valid f) berpikir sintesis-aplikatif (lintas ilmu – kontekstual).
Selanjutnya di katakan muhammad erwin (2011) manfaat mempelajari filsafat ilmu di antarannya : pertama menghindari timbulnya pandangan bahwa pengertian sudah menjamin perbuatan, namun pengertian serba sedikit tantangan ilmu filsafat dapat di gunakan sebagai pedoman kenyataan ke hidupan sehari-hari baik segi individu maupun anggota masyarakat. Kedua sebagai pandangan hidup yang mantap yang akan menentukan kirteria baik buruknya tingkah laku kita yang telah kita pilih dan atas dasar keputusan batin kita sendiri, manusia telah memiliki kebebasan dan kepribadian sendiri.Ketiga mengurangi dan menghindari gejala negatif dalam hidup ( negatif thingking)agar hidup lebih terarah dan tepat. Keempat memiliki tingkah laku hidup bertujuan yang di dasarkan dan di tentukan oleh filsafat hidupna agar tingkah laku lebih bernilai.
Dilihat dari manfaatnya dalam mendalami filsafat ilmu mustansyir,dkk (2009) mengemukakan sebagai cabang filsafat yang membicarakan tentang hakikat ilmu secara umum mengandung manfaat sebagai berikut : pertama filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah, sehingga orang menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah. Maksudnya seorang ilmuan harus memiliki sikap kritis terhadap bidang ilmuannya sendiri dari sikap solipsistik yakni menganggap hanya pendapatnya yang paling benar. Kedua filsafat ilmu merupakan usaha merefleksikan, menguji, mengkritik asumsi dan metode keilmuan. Sebab kecenderungan yang terjadi di kalangan para ilmuwan menetapkan suatu metode ilmiah tanpa memerhatikan sruktur ilmu pengetahuan bukan sebaliknya. Ketiga filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode ke ilmuan setiap di kembangkan harus dapat di pertangungjawabkan secara logis – rasional agar dapat di pahami dan di gunakan secara umum.
Mempelajari filsafat ilmu memberikan implikasi bagi seorang ilmuwan atau akademis untuk pertama sebagai pijakan dasar dalam mendalami ilmuan pengetahuan. Kedua sebagai penyadaran konseptual seorang ilmuwan tidak terjebak kedalam pola pikir “ menara gading “ yakni hanya berpikir murni dalam bidangnya tanpa mengaitkan dengan kenyataan yang ada di luar dirinya. Padahal aktivitas keilmuan nyaris tidak dapat di lepaskan dari konteks kehidupan sosial kemasyarakatan.
Sumber : http://emaparamita.blogspot.com/
No comments:
Post a Comment